Asal Usul Popularitas Ikan Cupang di Thailand
Catatan sejarah menunjukkan bahwa ikan cupang mulai populer di Thailand pada Periode Thonburi (1767–1782), ketika masyarakat Amphawa memeliharanya untuk diadu dalam permainan judi (Kruangam, 2016). Namun, pada masa pemerintahan Raja Rama I (1782–1809), pertarungan hewan, termasuk ayam, puyuh, burung Srichompu, dan ikan cupang, dilarang. Larangan ini kemudian dicabut pada masa Raja Rama II (1809–1824).
Sejak pemerintahan Raja Rama III (1824–1851), ikan cupang tidak hanya digunakan untuk pertarungan, tetapi juga menjadi hadiah dan suvenir. Popularitasnya semakin meningkat sebagai ikan hias di akuarium rumah selama pemerintahan Raja Rama IV (1851–1868). Pada masa Raja Rama V (1868–1910), ikan cupang telah menjadi ikan air tawar termahal di Thailand.
Peran Raja Rama III dalam Sejarah Ikan Cupang
Raja Rama III memiliki ikan cupang dan memberikannya kepada seorang pria Thailand, yang kemudian menyerahkannya kepada Theodore Edward Cantor, seorang dokter, zoolog, dan botanis asal Denmark. Pada tahun 1849, Cantor menamai ikan ini Macropodus pugnax. Namun, pada tahun 1909, Charles Tate Regan, seorang iktiolog asal Inggris, melakukan kajian ulang dan mengubah namanya menjadi Betta splendens, yang berarti “pejuang yang indah”.
Nama “Betta” berasal dari suku legendaris yang dikenal sebagai “Bettah”, sementara “splendens” menggambarkan keindahan tampilan ikan ini. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dikenal sebagai Siamese Fighting Fish, mengacu pada nama lama Thailand, yaitu Siam. Sementara dalam bahasa Thailand, ikan ini disebut pla kad, yang berarti “ikan penggigit” (pla = ikan, kad = gigit). Regan (1909) menekankan bahwa B. splendens memiliki penampilan luar biasa dibandingkan ikan lain, dan menetapkan Sungai Chao Phraya, Thailand, sebagai lokasi standar penemuan spesies ini (Sermwatanakul, 2018).
Ikan Cupang sebagai Simbol Nasional Thailand
Karena nilai budaya, sejarah, dan potensi ekonominya yang besar, pada 5 Februari 2019, ikan cupang akhirnya dinobatkan sebagai Hewan Air Nasional Thailand (Thailand’s National Aquatic Animal). Penetapan ini merupakan hasil usulan dari Departemen Perikanan (the Department of Fisheries under the Ministry of Agriculture and Cooperatives) dan petisi publik melalui Change.org pada tahun 2019, yang berhasil mengumpulkan lebih dari 17.000 dukungan.
Pengakuan ini diharapkan dapat meningkatkan pelestarian budaya dan ekologi, serta mendorong pembiakan ikan cupang secara komersial untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.